Hai teman-teman,
Saya adalah seorang wanita yang ingin berbagi kisah tentang perjalanan pribadi saya dengan Tuhan. Beberapa bulan lalu, saya mengalami perpisahan dengan pacar saya yang telah menjadi bagian hidup saya selama tiga tahun. Hubungan pacaran kami memberikan saya banyak penyesalan dan pertanyaan, membuat saya merasa tidak berharga.
Di awal hubungan kami, saat masih kuliah, semuanya tampak sempurna. Kami bersenang-senang melakukan berbagai aktivitas bersama, termasuk olahraga, belajar, dan menghadiri berbagai acara. Bahkan, kami pergi ke gereja bersama, berdoa bersama, dan saya yakin bahwa dia adalah pasangan yang tepat.
Namun, di tahun kedua, segalanya berubah. Di tengah tekanan saat mengerjakan skripsi, dia mulai kehilangan kendali emosionalnya. Marah dan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosinya sering kali dia tuangkan kepada saya. Meskipun saya berusaha menenangkannya, kasar dan kasarnya perlakuannya terhadap saya semakin menjadi.
Setelah lulus kuliah, saya berharap segala masalah akan berakhir, tapi ternyata tidak. Di tahun ketiga, setelah kesulitan mendapatkan pekerjaan, dia semakin frustrasi. Kebiasaan merokok dan minum menggantikan kehadiran di gereja, sementara perlakuannya semakin kasar. Saya mengalami tekanan mental, merasa tidak berharga, dan menghadapinya dengan bantuan seorang psikolog.
Saat mengikuti retreat gereja, Tuhan membawa pemulihan ke dalam hidup saya yang hancur. Saya menyadari bahwa saya berharga, bahwa Tuhan Yesus telah menebus segalanya di kayu salib. Proses ini juga memengaruhi pasangan saya, dan kami berdua diberkati dengan pemulihan.
Pasangan saya mendapatkan pekerjaan, tapi sayangnya, hubungan kami berakhir tidak lama setelahnya. Meskipun begitu, kami masih bersama-sama mendukung satu sama lain dalam Tuhan. Kami menjadi teman yang baik, dan saya bersyukur Tuhan memulihkan keadaan kami.