Malas Menjadi Displin: Keuangan Sulit Hingga Bisa Diberkati

Hai teman-teman,

Saya, seorang pria yang kini telah memiliki keluarga dan dua anak sekolah, ingin berbagi cerita pengalaman hidup saya sebagai peringatan dan harapan bagi mereka yang masih muda. Masa muda saya di bangku sekolah dulu sangat jauh dari kata rajin. Saya sering bolos, acuh tak acuh terhadap nasihat orang tua, dan lebih memilih bermain dengan teman-teman daripada belajar.

Warnet dan rental PS adalah tempat favorit saya, dan jika tidak ada uang, bermain bola menjadi alternatif utama. Pendidikan saya terbengkalai, dan ketika beranjak dewasa, saya mulai merasakan perbedaan signifikan antara karyawan berpendidikan dan yang tidak. Saya menyalahkan keuangan orang tua dan merasa iri terhadap teman-teman sekolah yang mendapat beasiswa, berkarier di luar negeri, atau bahkan sukses berbisnis.

Saar reuni sekolah, Tuhan memberikan pelajaran berharga melalui teman-teman saya. Mereka, yang kondisi ekonominya mirip denganku dulu, mendapatkan beasiswa, sukses berkarier, bahkan ada yang berbisnis dan bekerja di luar negeri. Saya menyesali masa muda yang terlewatkan dan bersyukur atas pengingat Tuhan.

Saat itu, saya tidak merasa iri, tapi malu akan diri saya sendiri. Saya bertobat dan belajar untuk menyerahkan hidup saya kepada Tuhan. Saat ini, bersama keluarga, saya bisa hidup dan menyekolahkan anak-anak. Meski ekonomi belum melimpah, Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kami. Kami juga belajar untuk memberi, sering kali berkunjung ke panti asuhan untuk berbagi berkat.

Saya bersyukur atas pemulihan Tuhan dalam hidup saya dan berharap kisah saya bisa memberikan inspirasi dan pelajaran bagi mereka yang mungkin merasa tenggelam dalam keputusasaan. Puji Tuhan!


Posted

in

,

by