Hai teman-teman,
Saya, seorang pria yang telah beberapa tahun bekerja sebagai konsultan, ingin membagikan pengalaman hidup saya dengan harapan bisa memberikan inspirasi. Dalam perjalanan saya menjadi seorang Kristen, saya sadar bahwa menjadi dampak adalah suatu keharusan. Namun, keinginan saya untuk memberikan dampak tersebut terkadang kembali merugikan hidup saya sendiri.
Dulu, saya adalah seorang perfeksionis. Saya ingin semua yang saya lakukan memiliki kualitas tinggi dan tanpa kesalahan. Setiap kali ada kesalahan, saya menyalahkan diri sendiri dan berusaha untuk bekerja lebih keras lagi. Akibatnya, kesehatan fisik dan mental saya terganggu, bahkan sampai beberapa kali harus dirawat di rumah sakit dan berkonsultasi dengan seorang psikolog.
Titik terendah datang ketika ada perusahaan yang menggunakan jasa konsultasi dari perusahaan saya, dan kesalahan saya menyebabkan mereka mengalami kerugian besar. Banyak karyawan yang harus dipecat dan beberapa aset perusahaan bahkan harus dijual untuk menutupi kerugian tersebut. Frustrasi melanda, dan setiap hari saya hanya bisa berlutut di hadapan Tuhan, memohon ampun.
Pada suatu hari Minggu, selama ibadah, Tuhan mengingatkan saya melalui khotbah bahwa Dia menghendaki kita menjadi excellent, bukan perfeksionis. Seorang yang excellent menerima bahwa kesalahan adalah bagian dari hidup manusia, sementara perfeksionis tidak bisa mentolerir kesalahan. Tuhan mengajarkan bahwa keunggulan kita sejati terletak pada kesediaan kita untuk bersama-Nya, mengakui keterbatasan kita, dan membiarkan Dia menjadi pemandu dalam hidup kita.
Meski masih sulit untuk menjalani perubahan ini, terutama ketika saya berbuat salah, saya berusaha untuk belajar percaya bahwa Tuhan Yesus dapat melakukan hal-hal di luar kemampuan kita. Saya berterima kasih pada Tuhan Yesus atas pengalaman ini, dan saya berkomitmen untuk melayani-Nya dalam pekerjaan saya dengan semangat excellent yang bersumber dari hati yang rendah dan penuh kepercayaan.
Terima kasih, Tuhan Yesus.